Game Kekerasan Pengaruhi Pola Otak


Perdebatan mengenai game kekerasan dan dampaknya telah berlangsung selama hampir dua dekade. Penelitian terbaru mengungkapkan, terdapat reaksi negatif yang mengubah pola di otak karena memainkan game kekerasan.

Pemindaian otak menggunakan functional magnetic resonance imaging (FMRI) memperlihatkan efek jangka panjang dari bermain game kekerasan yakni berpengaruh pada berubahnya area otak yang berhubungan dengan fungsi kognitif dan kontrol emosi.

Dilansir TG Daily dan dikutip detikINET, Kamis (1/12/2011), pengaruh ini terutama rentan terjadi pada remaja laki-laki. Hasil analisa juga menunjukkan, game bertema kekerasan hanya perlu waktu satu minggu untuk bisa berdampak pada perubahan pola otak.

"Untuk pertama kalinya, kami menemukan sampel acak yang memperlihatkan adanya pengurangan aktivasi di area tertentu pada otak bagian depan, setelah partisipan memainkan game kekerasan selama sepekan," kata Yang Wang, Profesor Asisten Riset dari Department of Radiology and Imaging Sciences di Indiana University School of Medicine, Indianapolis, Amerika Serikat.

Disebutkannya, wilayah otak ini sangat penting mengontrol emosi dan perilaku agresif. Maka tidak heran jika game kekerasan dinilai sebagai salah satu pemicu perilaku kriminal.

Efek negatif dari game kekerasan memang terus menjadi topik kontroversial. Beberapa penelitian menyebutkan perlu adanya kontrol atas peredaran game seperti ini agar tidak berpengaruh buruk terhadap remaja dan anak-anak. Namun sebuah penelitian lain ada juga yang menyanggah pendapat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Facebook Twitter Delicious Digg Stumbleupon Favorites More